Alangkah tidak nyaman mengurusi hati yang selalu berganti suasana dan sulit dikompromi.
Kuhirup udara pagi yang walaupun masih gelap namun kala hati cerah suasana pun ikut mengamini. Kutundukkan hati menghadap Sang Pemberi dengan ketakziman kuat. Alhamdulillah indahnya. Sedikit berbenah dan memberi instruksi pada ‘mbak-mbak’ untuk menyiapkan masakan dan bebersih rumah kulanjutkan mandi. Kurasakan guyuran air sebagai nikmat dari Illahi yang tak hanya membersihkan fisik juga mendamaikan hatiku. Setelah cantik dengan baju kantor kubangunkan suami dan anak sulungku tercinta. Kuingin meraup cerahnya pagi bersama orang terkasih. Kesempatan memandikan anak sering kugunakan untuk mengkondisikannya menghadapi hari. Kugugah semangatnya dengan menceritakan kegiatan-kegiatan yang bisa dia lakukan sehari nanti. Terkadang anakku terbawa semangatku namun di waktu lain tetap merasakan malas karena masih ngantuk. Hmmm inilah tantangan naluri keibuanku. Setelah beres kusodorkan susu hangat kesukaannya dengan sedikit kue supaya nanti bisa sarapan nasi sebelum berangkat sekolah. Kuakhiri pertemuan pagi kami dengar kecupan pamitan. Yah aku harus meneruskan hariku di kantor di pagi yang masih gelap. Terima kasih sayang atas pengertian kalian yang aku sendiri tak yakin apakah kalian mengerti bisik hatiku.
Kegiatan di kantor pun agak bervariasi, bisa survey data ke lapangan atau menggarap laporan di kantor. Dua kesibukan yang cukup membuatku asyik. Hari pun terasa indah jika semua kegiatan kulakukan dengan baik. Capek fisik bisa disembuhkan nanti jika sudah bertemu suami dan anak-anak. Suami tempat aku curhat dan berbenah hati, sedang bersama anak-anak aku akan having fun.
Ternyata tanpa aku duga sore kuakhiri dengan kejadian tidak mengenakan, sebuah kejadian kecil namun amat dalam menyakitiku. Mungkin sebuah akumulasi yang cukup berarti. Buyar sudah hari indah sehari seolah diakhiri hujan bencana yang menghapusnya dalam sekejap. Kedengaran lebay tapi memang itu yang saya rasakan. Sakit hati itu merubah senyum orang sekitarku menjadi sebuah tikaman senjata tajam. Langkah ringanku berganti seolah menggendong beban satu kwintal. Bibirpun susah tersenyum jika dipaksain jadinya malah aneh seperti sabit terbalik.
Benar adanya bahwa menjaga hati itu pekerjaan yang teramat susah. Mungkin kita harus belajar legowo nrimo apa yang terjadi, nrimo ing pandum dan menjadi satrio untuk mengalah. Itu ajaran leluhur yang saya terima dari orang tua, saya kira tidak jauh beda dengan ajaran Nabi mengenai kesabaran, keikhlasan dan qonaah. Take care your soul…..
Jagalah hati jangan kau kotori…..mengalun lagu Aa Gym yang dinyanyikan grup nasyid Snada dari Lenovo mungilku. Hatiku lebih damai kini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar